“Seindah apa pun huruf terukir,
dapatkah ia bermakna
apabila tak ada jeda?
Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita
baru bisa bergerak jika ada jarak?
Dan saling menyayang bila ada ruang?”
― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade
Kita telah belajar banyak dari spasi, bahwa
hadirnya jarak telah mencipta begitu banyak makna.
Namun rasanya teramat naif
bila kini aku berkata: aku begitu menikmati keterpisahan ini—detik-detik ketika
hanya bisa bicara pada udara.
Waktu memang terlalu angkuh untuk mengerti betapa
jahatnya rindu yang mendera.
Hingga bila kita mau jujur melihat ke balik jiwa,
ada luka di sana, yang tak pernah butuh pemulihan apa-apa kecuali jumpa.
Apa yang semalam turun bersama
hujan—apakah harapan atau sekadar kenangan?
Barangkali hanya waktu yang
benar-benar tahu.
Tapi bukankah waktu ada di pihak kita? Jadi tak ada lagi yang
perlu kita takutkan kecuali Tuhan. Tidak badai, tidak juga gempa. Terlebih
hanya angin biasa.
Aku akan menjemputmu di sebuah taman tanpa bunga. Di taman
itu, mungkin juga tak ada kolam air mancur, patung-patung artistik, atau hiasan
apa saja sebab kehadiranmu saja sudah mengindahkan semuanya.
seikkkkk. udh ngeblog ajaaa lu klarrr. Rajin mosting yahhh biar rame hihihi
ReplyDeleteiya nih bul, mengisi liburan secara produktif (?) hahaha siappppp
Delete