Sunday, January 4, 2015

Tentang Jeda

“Seindah apa pun huruf terukir, 
dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? 
Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi? 
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? 
Dan saling menyayang bila ada ruang?”

― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade




Kita telah belajar banyak dari spasi, bahwa hadirnya jarak telah mencipta begitu banyak makna.
Namun rasanya teramat naif bila kini aku berkata: aku begitu menikmati keterpisahan ini—detik-detik ketika hanya bisa bicara pada udara. 
Waktu memang terlalu angkuh untuk mengerti betapa jahatnya rindu yang mendera. 
Hingga bila kita mau jujur melihat ke balik jiwa, ada luka di sana, yang tak pernah butuh pemulihan apa-apa kecuali jumpa.
Apa yang semalam turun bersama hujan—apakah harapan atau sekadar kenangan? 
Barangkali hanya waktu yang benar-benar tahu. 
Tapi bukankah waktu ada di pihak kita? Jadi tak ada lagi yang perlu kita takutkan kecuali Tuhan. Tidak badai, tidak juga gempa. Terlebih hanya angin biasa.

Aku akan menjemputmu di sebuah taman tanpa bunga. Di taman itu, mungkin juga tak ada kolam air mancur, patung-patung artistik, atau hiasan apa saja sebab kehadiranmu saja sudah mengindahkan semuanya.

2 comments:

  1. seikkkkk. udh ngeblog ajaaa lu klarrr. Rajin mosting yahhh biar rame hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nih bul, mengisi liburan secara produktif (?) hahaha siappppp

      Delete